KETIKA AKU BENCI
PAPA DAN PAPA MENINGGALKANKU
Kini bintang terlihat indah sekali
di langit sana, apa mungkin bintang sedang mencoba untuk menghiburku dengan
keadaan yang seperti ini. Aku terus memandang ke atas langit namun seketika aku
terbayang wajah Papa dan Mama yang sedang bertengkar hebat seperti yang kulihat
tadi. Aku tak bisa membohongi perasaanku, jujur aku benci kejadian itu. Aku
benci papa yang selalu memulai pertengkaran, papa yang sering bermain judi dan
aku benci mama, mama yang selalu saja setiap bertengkar dengan papa, aku dan
adikku yang selalu menjadi sasaran untuk melampiaskan amarahnya.
“Kapan semua ini akan usai Tuhan?”
Tanyaku dalam hati
Aku benar-benar muak dengan semua
kejadian ini. Namun beruntungnya aku, aku mempunyai laki-laki terhebat yang
selalu memberikan semangat dan dukungan untukku, sebut saja Andi. Andi adalah
kekasihku dan sudah 1 tahun lebih aku menjalin kasih dengannya. Hanya saja kini
Andi sedang berada jauh denganku, Andi sedang pergi keluar kota bersama
keluarganya. Perasaanku memang benar-benar seperti di cambuk saat ini. Kucoba
untuk tidak terlarut dalam kesedihan terus menerus dengan mengajak
teman-temanku untuk jalan-jalan. Ku ambil ponsel untuk mengirim pesan singkat
kepada Sinta temanku.
“Sin, kamu dimana? Ada di rumah?
Kita jalan-jalan yuk, mau?” pesanku lewat ponsel
Dan
2 menit kemudian Sinta membalas pesanku.
“Aku di rumah, ayo. Kerumahku saja”
balasan dari Sinta
“OK” jawabku
Aku segera bersiap-siap untuk
kerumah Sinta, namun karena aku mempunyai pikiran untuk menginap di rumah Sinta
jadi aku membawa tas yang berisi pakaian ganti. Aku tidak meminta izin Papa dan
Mama bahwa aku akan menginap di rumah Sinta, tapi aku menulis surat yang
bertuliskan “AKU MENGINAP DI RUMAH TEMAN” setelah aku siap untuk berangkat, aku
pamitan kepada mama dan tidak lupa meminta uang jajan yang beralasan aku akan
jalan-jalan.
#di rumah Sinta
#di rumah Sinta
Kebetulan
Sinta ada diluar rumah jadi aku langsung to the point aja.
“Hai Sin, malam ini aku ingin
menginap di rumahmu, boleh?” tanyaku
“Ya boleh saja, memangnya ada apa ko
nginap?” tanya Sinta kepo
“Tak apa aku hanya ingin menginap
saja” Jawabku dengan nada menahan ingin menagis
“Oh oke baiklah, simpan saja tasmu
di dalam, setelah itu kita berangkat jalan-jalan” jawab Sinta
Mungkin dengan cara seperti ini aku
bisa sedikit melupakan kesedihanku di rumah, aku menghabiskan waktu bersama
teman. Namun disisi lain aku juga memikirkan Andi yang tak ada kabar sama
sekali, sudah 5 kali ku kirim pesan singkat dan 2 kali aku telpon namun tetap saja tak ada jawaban.
“Kemana Andi?” tanyaku dalam hati
Aku menghabiskan waktu seharian ini
bersama Sinta dari mulai nonton film dibioskop, makan, dan jalan-jalan kemana
saja walaupun diselangi banyak sekali pikiran di oktakku, pikiran tentang keluargaku
dan tentang Andi.
Sesampai
di rumah Sinta, Aku berbaring bersamaan di tempat tidur, mungkin kita merasa
sangat lelah hari ini.
“Laras,aku mandi duluan ya” seru
Sinta
“Ok baiklah” jawabku
Satu
jam aku menunggu Sinta mandi,kini giliranku untuk membasuh sekujur
tubuhku dengan air. Tubuhku sudah bau busuk sekali, lengket seperti tidak mandi
5 hari.
#1jam
kemudian
Setelah
selasai mandi, aku segera melihat handphone berharap ada pesan dari Andi. Dan
ternyata memang benar ada.
“sayang maaf aku baru bisa
menghubungimu, aku baru ada pulsa” pesan Andi
“Ok tak apa, aku sedang tidak di
rumah, aku menginap dirumah Sinta” jawabku memberitahu andi
“Ok jaga keadaanmu ya, 1hari lagi
aku pulang ke Bogor, Aku merindukanmu” seru Andi
“Baiklah, Akupun merindukanmu”
jawabku
Setelah
itu handphoneku berdering amat keras, dan rupanya Papa menghubungiku, namun aku
tak ingin menjawabnya, sudah 5 kali papa menelponku tapi aku benar-benar tidak
ingin menjawabnya sehingga hanphoneku aku nonaktifkan, agar papa tidak bisa
menhubungiku.
“Aku
benci Papa aku tak ingin mendengar suara Papa,aku tak ingin melihat papa, masih
terdengar di telingaku perkataan Papa yang sangat kejam terhadap Mama, aku
benci papa yang sering bermain judi aku benci papa yang suka memukul mama ,Aku
benci papaa” teriakku dalam hati dan meneteskan air mata
#keesokan
harinya
Aku
pamitan kepada Sinta dan orang tuanya bahwa aku akan pulang dan mengucapkan
terimakasih sudah mau memberikan izin aku untuk menginap di rumahnya.
Setelah sampai dirumah, Aku tak
melihat Papa, aku hanya melihat Mama dan adikku sedang menonton televisi. Dan
sepertinya mamah mengetahui kepulanganku, mama bergegas menghampiriku dan
memeluk menciumku, mama meminta maaf padaku, mungkin Mama berpikir karenanya
aku pergi dari rumah.
Terdengar
suara klakson mobil Papa sepertinya papa pulang, aku tak ingin melihat wajah
Papa, aku lekas pergi menuju kamar dan
dengan lemasnya aku membaringkan tubuh di tempat tidur seakan-akan sudah
lama tak berjumpa dengan tempat tidurku itu.
Kutatap keatas langit, dilihatnya
bintang yang begitu indah namun tak seindah malam kemarin. Sejenak aku berpikir
apa aku salah membenci Papa? Apa aku salah tidak ingin berbicara dengan
papa?bahkan untuk melihat wajahnya saja aku tak ingin. Kini aku kembali
meneteskan air mata, dan tiba-tiba saja terdengar suara papa memanggilku, entah
aku harus menemuinya atau berpura-pura tidur. Aku belum siap bertemu dengan
Papa malam ini, kutemui papa besok pagi saja pikirku.
Tepat
pukul 05.15 aku bangun dari tidurku, tapi mengapa tiba-tiba perasaanku tak enak
sekali, mengapa di luar banyak orang yang menangis, apa yang terjadi diluar?
Hatiku bertanya-tanya.
Aku
bergegas keluar kamar dan apa yang kulihat? Aku melihat mama, kaka, adik,
saudara dan Andi kekasihku di rumahku sedang
menangis.Andi yang tadinya ingin memberikan kejutan datang pagi sekali
ke rumahku untuk menemuiku tapi ia malah mendapatkan kabar seperti ini di
rumahku. Semua orang menatapku, namun aku hanya terdiam kaku berdiri di depan
pintu kamar, Andi segera menghampiri dan memelukku, aku tak kuasa menahan air
mata melihat papa terbaring tak bernyawa.
“Belum
sempat aku menemui papa, belum sempat aku meminta maaf, papa sudah
meninggalkanku” seruku sambil memeluk Andi menangis
“Tabahkan
hatimu ras, kamu kuat, tadi sebelum papamu menghembuskan nafas
terakhirnya, papamu mengucapkan maaf
padamu ras dia mengucapkan “mungkin karena sikap dan kebiasaan papa, kamu
membenci papa bahkan untuk menemui papa saja kamu tak mau, maafkan papa nak”
dan setelah itu papamu sudah tak bernyawa”.
Seru Andi
“Papaaaaaa
maafkan aku pa, maaf, aku tidak lg membenci papa asalkan papa bangun” teriakku
Mama memelukku erat namun aku tetap saja menangis dan berteriak memanggil papa. selesai
*diambil
dari kisah nyata, kisah saudaraku yang namanya di samarkan.
SEPTIA
FITRIANI
XII
TKJ 3